Menurut Ibnu Qayim terdapat 3 metode pengobatan
penyakit, diantaranya ialah pengobatan medis, Ruhiyah dan perpaduan pengobatan
kedua metode tersebut antara medis dan ruhiyah. Salah satu metode pengobatan
ruhiyah ialah dengan istighfar.
Abu
Qatadah Al-Anshari Seorang sahabat
terpandang mengatakan bahwa Al-qur’an Sesungguhnya telah menunjukan
suatu penyakit dan obatnya, yang mana dosa ialah penyakit yang terdapat dalam
diri dan istighfar adalah obatnya.
Terdapat
berbagai macam manfaat yang dapat kita peroleh dari Istighfar, salah satunya
ialah dapat menjadi obat atau penawar berbagai macam penyakit, istighfar bisa
menjadi sebab untuk memperoleh kekuatan, kesembuhan dan kesehatan pada tubuh.[1] Istighfar merupakan salah
salah satu kunci agar kita dapat membersihkan hati dari sesuatu yang tidak
bernilai atau tidak berharga, dapat menjadi sebuah wasilah untuk membantu kita
keluar dari berbagai permasalahan kehidupan.
Diceritakan
ketika Rasulullah Saw berkumpul Bersama sahabat nya dimasjid, datanglah empat
orang laki-laki dengan berbagai macam permasalahan yang dikeluhkan kepada
Rasulullah Saw, orang pertama mengeluh karena sudah lama tidak turun hujan
didaerah tempat tinggalnya, Rasulullah menjawab “Beristighfarlah”. Orang kedua
mengeluh karena belum mendapatkan keturunan meski sudah lama menikah,
Rasulullah menjawab “Beristighfarlah”. Orang ketiga mengeluh karena kesulitan dalam
bidang ekonomi, Rasulullah menjawab “Beristighfarlah”. Dan orang keempat
mengeluh karena lahan pertanian nya sudah tidak subur, Rasulullah menjawab
“Beristighfarlah”. Lalu Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah, mengapa terdapat banyak
kesulitan tetapi obatnya hanya satu?” Kemudian Rasulullah menjawab dalam Firman
Allah surah Nuh (71) ayat 10-12, “ Mohonlah ampun kepada Rabbmu, seseungguhnya
dia adalah maha pengampun. Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan
lebat, dan memperbanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan ( pula
didalamnya ) untukmu sungai-sungai.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Secara
psikologis, pengaruh dari Istighfar atau zikir yang terjadi dalam dimensi alam
sadar dapat menumbuhkan penghayatan terhadap kehadiran Allah, bahwa Allah akan
selalu hadir untuk kita dalam kondisi apapun. Maka saat kesadaran itu telah
muncul, kita tidak lagi merasa sendiri dan selalu merasakan keringanan dalam
setiap permasalahan yang ada. Istighfar juga dapat membawa efek relaksasi dan
ketenangan bagi diri kita yang dilakukan dalam sikap rendah hati dan dengan
suara yang lembut.
Telah
diriwayatkan oleh Muslim dalam kitabnya dari Al-Aghrul Mizani RA, Rasulullah
Saw bersabda: “sesungguhnya aku (terkadang) merasakan kegalauan di dalam
hatiku, dan sungguh aku beristighfar kepada Allah dalam satu hari seratus
kali”.[2]
Ingatlah
didalam jasad terdapat segumpal daging, jika baik, maka baiklah seluruh jasad.
Ketahuilah bahwa (segumpal daging) itu adalah hati (H,R Bukhori dan Muslim)
Dalam
anggota tubuh, hati layaknya seperti pengendali. Jika kondisi hatinya baik maka
anggota tubuh yang lainnya akan baik. Maka menjernihkan hati ialah suatu hal
yang penting dan memiliki manfaat yang begitu besar.[3] Hati yang kotor, akan
sulit untuk menerima nasehat dan rendahnya tingkat kesadaran. Hati yang bersih
membuat kita menjadi lebih tenang, dapat menerima hal positif dengan mudah,
bisa mengatasi perasaan-perasaan seperti kecemasan, kesepian dan emosi.
[1] Hasan
Hammam., Dahsyatnya Terapi Istighfar,
Maghfirah Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 71.
[2]
Shahih Muslim: no: 2702
[3] Abu
Ustman Kharisman., Sukses Dunia Akhirat
dengan Istighfar dan Taubat, pustaka hudaya, probolinggo, 2011, hlm. 66.