Monday, February 11, 2019

Istighfar sebagai metode terapi





Menurut Ibnu Qayim terdapat 3 metode pengobatan penyakit, diantaranya ialah pengobatan medis, Ruhiyah dan perpaduan pengobatan kedua metode tersebut antara medis dan ruhiyah. Salah satu metode pengobatan ruhiyah ialah dengan istighfar.
            Abu Qatadah Al-Anshari Seorang sahabat  terpandang mengatakan bahwa Al-qur’an Sesungguhnya telah menunjukan suatu penyakit dan obatnya, yang mana dosa ialah penyakit yang terdapat dalam diri dan istighfar adalah obatnya.
            Terdapat berbagai macam manfaat yang dapat kita peroleh dari Istighfar, salah satunya ialah dapat menjadi obat atau penawar berbagai macam penyakit, istighfar bisa menjadi sebab untuk memperoleh kekuatan, kesembuhan dan kesehatan pada tubuh.[1] Istighfar merupakan salah salah satu kunci agar kita dapat membersihkan hati dari sesuatu yang tidak bernilai atau tidak berharga, dapat menjadi sebuah wasilah untuk membantu kita keluar dari berbagai permasalahan kehidupan.
            Diceritakan ketika Rasulullah Saw berkumpul Bersama sahabat nya dimasjid, datanglah empat orang laki-laki dengan berbagai macam permasalahan yang dikeluhkan kepada Rasulullah Saw, orang pertama mengeluh karena sudah lama tidak turun hujan didaerah tempat tinggalnya, Rasulullah menjawab “Beristighfarlah”. Orang kedua mengeluh karena belum mendapatkan keturunan meski sudah lama menikah, Rasulullah menjawab “Beristighfarlah”. Orang ketiga mengeluh karena kesulitan dalam bidang ekonomi, Rasulullah menjawab “Beristighfarlah”. Dan orang keempat mengeluh karena lahan pertanian nya sudah tidak subur, Rasulullah menjawab “Beristighfarlah”. Lalu Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah Saw,  “Ya Rasulullah, mengapa terdapat banyak kesulitan tetapi obatnya hanya satu?” Kemudian Rasulullah menjawab dalam Firman Allah surah Nuh (71) ayat 10-12, “ Mohonlah ampun kepada Rabbmu, seseungguhnya dia adalah maha pengampun. Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan  harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan ( pula didalamnya ) untukmu sungai-sungai.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
            Secara psikologis, pengaruh dari Istighfar atau zikir yang terjadi dalam dimensi alam sadar dapat menumbuhkan penghayatan terhadap kehadiran Allah, bahwa Allah akan selalu hadir untuk kita dalam kondisi apapun. Maka saat kesadaran itu telah muncul, kita tidak lagi merasa sendiri dan selalu merasakan keringanan dalam setiap permasalahan yang ada. Istighfar juga dapat membawa efek relaksasi dan ketenangan bagi diri kita yang dilakukan dalam sikap rendah hati dan dengan suara yang lembut.
            Telah diriwayatkan oleh Muslim dalam kitabnya dari Al-Aghrul Mizani RA, Rasulullah Saw bersabda: “sesungguhnya aku (terkadang) merasakan kegalauan di dalam hatiku, dan sungguh aku beristighfar kepada Allah dalam satu hari seratus kali”.[2]
            Ingatlah didalam jasad terdapat segumpal daging, jika baik, maka baiklah seluruh jasad. Ketahuilah bahwa (segumpal daging) itu adalah hati (H,R Bukhori dan Muslim)
            Dalam anggota tubuh, hati layaknya seperti pengendali. Jika kondisi hatinya baik maka anggota tubuh yang lainnya akan baik. Maka menjernihkan hati ialah suatu hal yang penting dan memiliki manfaat yang begitu besar.[3] Hati yang kotor, akan sulit untuk menerima nasehat dan rendahnya tingkat kesadaran. Hati yang bersih membuat kita menjadi lebih tenang, dapat menerima hal positif dengan mudah, bisa mengatasi perasaan-perasaan seperti kecemasan, kesepian dan emosi.


[1] Hasan Hammam., Dahsyatnya Terapi Istighfar, Maghfirah Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 71.
[2] Shahih Muslim: no: 2702
[3] Abu Ustman Kharisman., Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat, pustaka hudaya, probolinggo, 2011, hlm. 66.

No comments:

Post a Comment