Seringkali sabar
hanya dipahami hanya sekedar sebagai menahan gejolak hawa nafsu tanpa ada
implikasi lainnya. Dalam sabar, terdapat beraneka ragam manfaat yang sangat
berpengaruh terhadap jiwa dan kepribadian. Hingga dapat membantu manusia dalam menghadapi
problematika kehidupan.[1]
Semakin tingginya kesabaran
seseorang, maka semakin tinggi pula budi pekertinya. Sabar jika sudah direpresentasikan,
dapat mempermudah manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Dikala seseorang
mendapatkan berbagai problematika, seperti hinaan, cacian, fitnah dan
sebagainya, Biasanya akan berdampak pada psikis nya, Mental yang pada awalnya
memiliki power kuat, berubah drastis menjadi down. Menjadi lemah, tidak percaya
diri, stres dan bahkan bisa sampai ketingkat depresi.
Terlalu peduli terhadap orang lain
dalam konteks negative, merupakan buah dari kurangnya kesadaran dalam
menanamkan konsep sabar. Peduli terhadap berbagai hal negative dari individu
lain dapat membebani diri. Bersifat impulsif salah satunya, karena tertekan
pergaulan dilingkungannya, seseorang menjadi peduli terhadap tren, memaksakan
dirinya untuk tetap berada di ruang lingkup lingkungannya, agar selalu dianggap
tren dan tidak dikucilkan. Bahkan, terbawa arus lingkungan bisa sampai masuk ke
ranah pergaulan bebas.
Pengaruh dari kurangya kesadaran
dalam menanamkan konsep sabar tidak dapat diremehkan. Karena bukan hanya
berdampak negative kepada diiri sendiri, dampaknya juga dapat melingkupi orang
lain disekitarnya. Misalnya kasus korupsi, kejahatan yang sudah sangat tidak
asing di telinga masyarakat Indonesia. Sebabnya dapat beragam, bisa karena
terlalu tamak, serakah atau karena terlalu peduli dorongan negative orang lain.
Seperti awalnya karena ada dorongan dari istri yang menginginkan sesuatu yang
terbilang cukup mahal, ingin selalu lebih kaya karena tidak ingin terlihat
lemah dan sebagainya. Akhirnya, memaksakan diri untuk korupsi, yang kerugiannya
mengikut sertakan banyak orang.
Mengejewantahkan sabar dalam
kehidupan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Sabar dapat
disetarakan dengan kecerdasan emosional, karena kemampuannya dalam mengemudikan
diri dari berbagai tekanan.[2] Menjadi pribadi yang kuat,
sehat mental, karena tidak mudahnya terpengaruhi oleh hal negative dari orang
lain dan tingkat kesadarannya menjadi semakin semakin tinggi, menerima bahwa
semuanya adalah ketentuan Allah Swt.
[1]
Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling
Terapi, (Jakarta:Gema Insani Press, 2005), hlm.494.
[2]
K.H. Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta:
Gema Insani Press,2001), hlm.31.
No comments:
Post a Comment